Galery Fakultas Peternakan

http://bemfapet-unpkediri.blogspot.com

Study Banding Di Jogja

http://bemfapet-unpkediri.blogspot.com

BEM FAPET

http://bemfapet-unpkediri.blogspot.com

Pelatihan di UPTD Branggahan Kediri

http://bemfapet-unpkediri.blogspot.com

PTMB FAKULTAS PETERNAKAN

http://bemfapet-unpkediri.blogspot.com.

Pelatihan Di Kepala Desa Kec. Papar

http://bemfapet-unpkediri.blogspot.com.

Selasa, 30 April 2013

Masa Depan Bensin Ada Pada Kotoran Hewan


F: SPBU (daylife)
CORNWALL- Kabar baik telah datang. Kini semua mesin kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin tidak lagi hanya terbatas dari jumlah emas hitam yang memiliki sifat tidak tergantikan.

Beberapa ilmuwan telah berhasil menemukan bahan yang hampir sama identik dengan senyawa bensin dari sebuah bakteri yang telah dimodifikasi.

Sebelumnya bahan bakar bensin menggunakan bakteri seperti ini pernah dibuat. Namun kenyataannya, tidak pernah menjadi alternatif kongkret sebab material perekatnya masih prematur dan membuat mesin tersendat.

Diberitakan Autoevolution (29/4/2013), John Love, ilmuwan dari University of Exeter, Inggris, berhasil menciptakan rangkaian bakteri E.Coli yang dapat menghasilkan bensin. John mengklaim bahwa strukturnya sama identik dengan bensin yang dapat ditemui di dispenser SPBU umum. Bakteri tersebut diberi pangan materi glukosa tanaman, hasilnya adalah bahan dasar bensin yang berharga.

Para ilmuwan kini hanya perlu menemukan caranya untuk proses kreasi massal. Salah satu langkah selanjutnya adalah menggantikan pangan bakteria tersebut dengan bahan yang lebih murah, pilihannya ada pada kotoran hewan.

Lembaga penelitian dari perusahaan Shell telah mendengar kabar ini dan sudah menanamkan modal untuk kelanjutan penelitian. Jadi dalam jangka waktu yang tidak lama lagi bukan tidak mungkin kita akan mengisi tangki bahan bakar mobil kita dengan bensin yang dibuat dari kotoran hewan.

Sabtu, 27 April 2013

BUSINESS PLAN (Rencana Usaha) MEMBUKA PELUANG AGRIBISNIS MELALUI USAHA BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR




MEMBUKA PELUANG AGRIBISNIS MELALUI USAHA BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR
   

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agribisnis Ternak Unggas

Dosen Pembimbing : Pak Budi Utomo

 

 






FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI
KEDIRI
2013





Pendahuluan
Berawal dari niat untuk mendalami dunia usaha yang terbuka lebar dengan segenap pengetahuan di bidang ternak, penulis menyusun business plan (rencana usaha) pengembangan usaha perternakan ayam ras. Pengembangan usaha ini dipilih atas beberapa aspek diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi dan potensial, kebutuhan skill yang tidak begitu tinggi, keuntungan yang menjanjikan dan biaya investasi yang relatif rendah serta telah tersedianya sarana dan prasarana utama sehingga investasi yang masuk akan dialokasikan untuk dana operasional usaha dan modal untuk usaha ini ditargetkan dari penulis sendiri.
    Perkembangan usaha tersebut tentunya tidak hanya didorong oleh peluang pasar daerah yang di targetkan yang masih terbuka luas tetapi juga tingginya kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani dan tidak terlepas dari kebutuhan gizi yang dibutuhkan manusia.
Ayam ras petelur adalah jenis unggas yang bisa diambil manfaat dari telur dan dagingnya, kebutuhan protein hewani sangat bermanfaat bagi tubuh manusia sehingga permintaan akan telur ayam terus meningkat, hal ini disebabkan semakin meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi protein hewani.
    Rencana bisnis yang akan penulis laksanakan bertujuan untuk berusaha untuk mempunyai nilai dan jiwa seorang wirausahawan terutama dibidang peternakan, khususnya ternak ayam ras petelur.









BAB I
PRODUK(PELUANG)

    Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Hampir semua orang membutuhkan telur.
    Lahan usaha ternak ayam ras petelur memiliki prospek ekonomi yang baik. Di daerah penulis, telur ayam merupakan salah satu produk komersial dan dapat dikembangkan dengan teknik yang sederhana. Selain itu, konsumsi masyarakat akan  telur ayam cukup tinggi. Hal ini penulis bisa melihat dari kondisi lingkungan masyarakat seperti rumah makan sehingga produksi telur ayam memiliki prospek ekonomi yang bagus untuk dikembangkan.















BAB II
ASPEK PRODUKSI

Penyiapan Sarana dan Peralatan:
1.      Kandang :
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2–35 °C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan.
Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua:
a.       Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur;
b.      Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam peternakan ayam petelur komersial.
Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a.       kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit padi, pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan pada kandang sistem koloni;
b.      kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan;
c.       kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30% di kanan dan 30% di kiri).

2.      Peralatan :
a.       Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b.      Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.
c.       Tempat bertengger
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
d.      Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
e.       Penyiapan Bibit



3.      Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah  memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:
a.       Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
b.      Pertumbuhan dan perkembangan  normal.
c.       Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
d.      Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur sehari:
e.       Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
f.       Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
g.      Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
h.      Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
i.        Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
j.        Tidak ada letakan tinja diduburnya.
k.      menguntungkan.

















BAB III
ASPEK PASAR

1. Deskripsi Produk
Hasil ternak ayam ras yang akan dilakukan akan menghasilkan telur ayam ras mentah yang akan diproduksi ke berbagai tempat yang membutuhkan telur ayam ras seperti pasar tradisional, hotel, rumah makan, restoran, dan lain lain.
2. Prospek Pasar
Produksi telur ayam ras di Lampung timur khususnya labuhan maringgai telah memiliki pasar yang jelas. Hampir semua peternak telur ayam ras memiliki hubungan dengan pedagang yang siap menerima hasil produksi telur ayam ras seperti rumah makan, restaurant, cafe dan lain lain serta hubungan itu tak akan pernah putus selagi manusia berkeinginan hidup sehat.
3. Kebutuhan dan  kecendrungan pasar
Target pasar usaha ini adalah pasar tradisional, toko-toko grosiran, rumah makan, restaurant, dan nasi ampera sehingga kebutuhan akan telur ayam masih tergolong tinggi dan pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya.
Sementara itu kecenderungan pasar akan telur ayam masih tergolongkan pada secondary goods, namun permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya pada segmen hotel dan restoran yang kebutuhan akan telur ayam cukup tinggi distributor telur ayam masih minim dan masih sangat dibutuhkan.
Kecenderungan dari hotel dan restoran yang paling penting untuk disikapi adalah pelayanan akan faktor penyediaan barang, mulai dari ketepatan waktu, jenis pambayaran, layanan purna jual, dan yang paling utama penurunan harga jual.









BAB IV
ASPEK KEUANGAN

Untuk awalnya penulis akan mencoba berbisnis dengan para peternak yang sudah berpengalaman dalam bidang telur ayam ras. Penulis selaku distributor dan pemilik usaha ternak ayam ras petelur yang memproduksi telur ayam ras. Apabila bisnis ini berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan yang berkelanjutan kedepannya penulis akan berusaha untuk memproduksi telur ayam ras dalam usaha yang lebih besar lagi.
Adapun estimasi anggaran yang penulis gunakan sebagai langkah awal usaha ini adalah sebagai berikut :
BARANG
HARGA
100 ekor ayam x 30.000
Rp. 3.000.000,-
Kandang postal
Rp. 1.500.000,-
Tempat pakan dan minum
Rp. 200.000,-
Vaksin dan obat-obatan
Rp. 200.000,-
Biaya tak terduga
Rp. 500.000,-
TOTAL BIAYA
Rp. 5.400,000,-

Untuk perhitungan hasilnya adalah sebagai berikut :
PERHITUNGAN
PER BULAN
Perkiraan ayam bertelur(1 ekor)
20 butir
Dari 100 ekor ayam efektif bertelur
85 ekor
Jadi per bulan 85 ekor x 20 butir
1.700 butir
Harga jual untuk 85 butir telur ayam
1.530.000,-
Total pendapatan
Rp. 1.530.000,-

Jadi, selama usaha ini berjalan dengan baik diperkirakan dalam waktu tempo 4 bulan, modal untuk usaha ini sudah bisa kembali, yaitu menghasilkan Rp. 6.120.000,-.
Dan dari perkiraan tersebut maka usaha ini layak untuk dilakoni.

Kamis, 25 April 2013

Minggu, 21 April 2013

Jumat, 19 April 2013

Strategi Pengembangan Ternak Kelinci

Senin, 15 April 2013

Jumat, 12 April 2013

Transfer Embrio, Inovasi Baru Dibidang Peternakan

Indonesia merupakan negara agraris yang terkenal dengan sumber daya alam yang berlimpah, iklim tropisnya pun sangat mendukung potensinya di bidang pertanian dan peternakan.Dibidang peternakan potensi itu pun didukung oleh perkembangan teknologi perkembang biakan ternak, hal itu dapat dilihat dari berdirinya balai inseminasi buatan di Bandung serta berbagai riset yang dikembangkan oleh balai penelitian ternak.

Beberapa tahun belakangan ini selain inseminasi buatan dikenal pula istilah transfer embrio. Apa itu transfer embrio? Transfer Embrio (TE) merupakan inovasi baru setelah teknologi inseminasi buatan. Teknologi ini agak berbeda dengan inseminasi buatan, pada teknologi ini bibit unggul tidak hanya dapat didapatkan dari ternak jantan tetapi juga ternak betina.Transfer embrio paling sering diterapkan pada ternak sapi, Tetapi teknologi transfer embrio sendiri dapat dilakukan pada mamalia lain seperti kelinci dan domba.

Tahap-tahap transfer embrio diantaranya : pemilihan donor yang baik (biasanya sapi betina muda yang bebas penyakit) dan resipien(sapi yang akan mengandung embrio unggul), penyesuaian keadaan hormon sapi donor dan resipien, superovulasi sapi donor, inseminasi buatan pada donor, pengambilan embrio yang telah berkembang pada sapi donor, penyimpanan serta penyeleksian embrio unggul (penyimpanan embrio dapat dilakukan dengan menyimpan embrio pada nitrogen cair untuk di distribusikan), Lalu transfer embrio pada resipien. Pada saat superovulasi, Sapi yang merupakan ternak uniparous (ternak yang hanya menghasilkan satu keturunan dalam satu masa kebuntingan), dapat menghasilkan banyak sel telur yang diovulasikan, pada sapi donor proses superovulasi dapat dilakukan dengan pemberian obat penyubur yakni hormon gonadotropin berupa PMSG atau FSH.

Teknologi ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya waktu yang dibutuhkan lebih singkat dan biaya yang lebih murah dalam pembentukan mutu genetik sehingga perbaikan mutu dapat berlangsung lebih cepat. Teknologi ini juga dapat menghasilkan keturunan yang kembar identik atau lahirnya anak kembar dengan tipe yang berbeda, menghasilkan keturunan yang diketahui jenis kelaminnya, menghasilkan keturunan yang bebas dari penyakit keturunan dan sebagai solusi bagi infertilitas pada hewan ternak.




TRANSFER EMBRIO PADA TERNAK

A.    Pengertian Transfer Embrio
Manusia telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan populasi sapi untuk memenuhi kebutuhan daging. Banyak sekali inovasi dan penerapan teknologi untuk mewujudkannya. Teknologi transfer embrio (TE) pada sapi merupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi setelah inseminasi buatan (IB). Transfer embrio adalah suatu proses dimana embrio dipindahkan dari seekor hewan betina yang bertindak sebagai donor pada waktu embrio tersebut belum mengalami implantasi, kepada seekor betina yang bertindak sebagai penerima sehingga resepien tersebut menjadi bunting.


Transfer embrio adalah suatu metode buatan dalam perkawinan dengan cara membentuk embrio dari seekor betina induk unggul, yang disebut donor, kemudian dipindahkan dan dicangkokkan ke dalam saluran reproduksi induk betina lainnya dalam spesies yang sama, yang disebut resipien (Bedirian et al. 1977)

B.     Proses dan Tata Cara Transfer Embrio
Prinsip dasar dari transfer embrio meliputi beberapa treatmen/perlakuan dengan menggunakani teknik-teknik lainnya, yaitu superovulasi, oestrus synchronization (Sinkronisasi Birahi), artificial insemination (Inseminasi Buatan), embrio/eggs recovery (Pengumpulan atau pemanenan embrio) dan embrio/eggs transfer (Pemindahan embrio) (Sudarto, 1985)
Sebelum dilakukan transfer, dilakukan produksi embrio. Menurut Udrayana (2011) produksi embrio terdiri dari 2 cara yaitu produksi embrio in vivo dan produksi embrio in vitro.
1.    Produksi embrio in vivo dilakukan dengan cara mengambil atau memanen embrio yang terdapat di dalam uterus (rahim) sapi betina donor (penghasil embrio), kemudian dipindahkan pada sapi betina yang lain (betina resipien) atau untuk disimpan dalam keadaan beku (freeze embryo). Untuk memperbanyak embrio yang dipanen, maka pada sapi-sapi betina donor biasanya dilakukan teknik superovulasi, yaitu suatu perlakuan menggunakan hormon untuk memperoleh lebih banyak sel telur (ovum) pada setiap periode tertentu. Sehingga dengan demikian, seekor betina donor yang telah di-superovulasi dan kemudian dilakukan inseminasi (memasukkan sel benih jantan pada uterus menggunakan alat tertentu), akan menghasilkan banyak embrio untuk dipanen. Embrio-embrio tersebut kemudian dipanen (flushing) 2 hari setelah superovulasi dan inseminasi. Hasil panen kemudian dilakukan evaluasi kualitas embrio (grading), setelah itu hasilnya dapat disimpan beku atau ditransfer pada betina lain. oestrus synchronization (sinkronisasi estrus) adalah usaha yang bertujuan untuk mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan resipien. Sinkronisasi estrus umumnya menggunakan hormon prostaglandin F2a (PGF2a ) atau kombinasi hormon progesteron dengan PGF2a. Sedangkan menurut Asrul superovulasi menggunakan hormon gonadotropin, seperti FSH (Follicle Stimulating Hormonr) atau PMSG (Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin). Penyuntikan hormon itu akan meningkakan jumlah corpus  luteum
2.    Produksi embrio in vitro dilakukan dengan cara  melakukan fertilisasi antara sel benih jantan (spermatozoa) dengan sel benih betina (ovum) dalam laboratorium, sehingga disebut pembuahan di luar tubuh. Salah satu alat yang digunakan untuk proses ini adalah cawan petri atau tabung khusus. Sel telur didapatkan dengan cara mengambil sel-sel telur yang terdapat pada indung telur (ovarium) sapi-sapi betina yang telah dipotong di rumah potong hewan.  Setelah diperoleh banyak sel telur, kemudian dilakukan pencucian dengan larutan khusus, selanjutnya dilakukan pemilihan sel telur yang masih baik dan ditempatkan dalam cawan petri. Pembuahan akan berlangsung jika pada cawan yang berisi sel-sel telur tadi ditempatkan sel benih jantan (spermatozoa yang masih hidup).
Fertilisasi sempurna akan berlangsung sekitar 22 jam. Hasil fertilisasi kemudian ditumbuh kembangkan dalam media khusus dan diamati pembelahan sel-nya hingga hari ke 6-8 atau pada saat terbentuknya blastocyst. Kemudian dilakukan evaluasi embrio dengan melaksanakan grading. Embrio yang memiliki kualitas A dan B kemudian dibekuan, untuk disimpan dalam waktu yang lama.
Pada dasarnya, embrio dapat hidup di tempat yang memenuhi syarat kehidupannya. Embrio yang sedang tumbuh membutuhkan sulplai makanan dari dirinya sendiri selama beberapa waktu, kemudian akan tergantung pada sekelilingnya, dalam hal ini tergantung pada rahim tempatnya berkembang. Penanganan harus mengupayakan rahim calon induk memiliki kondisi yang sama dengan kondisi rahim yang menghasilkan embrio, atau menyiapkan kondisi rahim induk untuk dapat memelihara embrio yang akan diterimanya. Perlakuan yang disiapkan untuk induk calon penerima embrio tentu harus esktra hati-hati, Pemberian hormon reproduksi dengan dosis dan waktu yang tertentu, pakan yang berkualitas baik serta manajemen pemeliharaan calon induk, mutlak harus dilakukan untuk memperoleh kondisi rahim yang baik dan siap menerima embrio dari luar. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan yang teliti, kondisi rahim calon induk dinyatakan siap untuk menerima embrio, barulah dilakukan pemindahan (transfer) embrio kedalam rahim tersebut.
Program yang sedang dikembangkan dan menghasilkan perolehan cukup baik adalah kombinasi antara inseminasi buatan (IB) dengan transfer embrio (TE). Dengan kombinasi ini akan diperoleh kelahiran kembar (satu anak hasil IB dan satu anak lagi yang berasal dari TE). Pada prinsipnya, seekor induk yang mengalami puncak birahi, dilakukan inseminasi seperti pada umumnya, kemudian hari ke-7 setelah inseminasi dilakukan TE tanpa perlu perlakuan khusus (Udrayana, 2011)

B. Kelebihan Transfer Embrio
Pada proses reproduksi alami,dalam satu tahun betina hanya bisa bunting sekali dan hanya mampu menghasilkan 1 anak (atau 2 anak bila terjadi kembar). Menggunakan teknologi transfer embrio, betina unggul tidak perlu bunting dan menunggu satu tahun untuk menghasilkan anak. Betina unggul hanya berfungsi menghasilkan embrio yang selanjutnya ditransfer (dititipkan) pada induk resipien yang memiliki kualitas genetik rata-rata tetapi mempunyai kemampuan untuk bunting.
Embrio yang digunakan untuk transfer embrio dapat berupa embrio segar atau embrio beku (freezing embrio). Embrio beku efisien untuk dipakai karena dapat disimpan lama sebagai stok dan dapat dibawa ke daerah-daerah yang membutuhkan. Sedangkan embrio segar hanya dapat ditransfer pada saat produksi di lokasi yang berdekatan dengan donor. 
Perbaikan mutu genetik TE lebih efisien daripada dengan IB. Perbaikan mutu genetik pada IB hanya berasal dari pejantan unggul sedangkan dengan teknologi TE, sifat unggul dapat berasal dari pejantan dan induk yang unggul.




Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites