Indonesia merupakan negara agraris yang terkenal dengan sumber daya alam yang berlimpah, iklim tropisnya pun sangat mendukung potensinya di bidang pertanian dan peternakan.Dibidang peternakan potensi itu pun didukung oleh perkembangan teknologi perkembang biakan ternak, hal itu dapat dilihat dari berdirinya balai inseminasi buatan di Bandung serta berbagai riset yang dikembangkan oleh balai penelitian ternak.
Beberapa tahun belakangan ini selain inseminasi buatan dikenal pula istilah transfer embrio. Apa itu transfer embrio? Transfer Embrio (TE) merupakan inovasi baru setelah teknologi inseminasi buatan. Teknologi ini agak berbeda dengan inseminasi buatan, pada teknologi ini bibit unggul tidak hanya dapat didapatkan dari ternak jantan tetapi juga ternak betina.Transfer embrio paling sering diterapkan pada ternak sapi, Tetapi teknologi transfer embrio sendiri dapat dilakukan pada mamalia lain seperti kelinci dan domba.
Tahap-tahap transfer embrio diantaranya : pemilihan donor yang baik (biasanya sapi betina muda yang bebas penyakit) dan resipien(sapi yang akan mengandung embrio unggul), penyesuaian keadaan hormon sapi donor dan resipien, superovulasi sapi donor, inseminasi buatan pada donor, pengambilan embrio yang telah berkembang pada sapi donor, penyimpanan serta penyeleksian embrio unggul (penyimpanan embrio dapat dilakukan dengan menyimpan embrio pada nitrogen cair untuk di distribusikan), Lalu transfer embrio pada resipien. Pada saat superovulasi, Sapi yang merupakan ternak uniparous (ternak yang hanya menghasilkan satu keturunan dalam satu masa kebuntingan), dapat menghasilkan banyak sel telur yang diovulasikan, pada sapi donor proses superovulasi dapat dilakukan dengan pemberian obat penyubur yakni hormon gonadotropin berupa PMSG atau FSH.
Teknologi ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya waktu yang dibutuhkan lebih singkat dan biaya yang lebih murah dalam pembentukan mutu genetik sehingga perbaikan mutu dapat berlangsung lebih cepat. Teknologi ini juga dapat menghasilkan keturunan yang kembar identik atau lahirnya anak kembar dengan tipe yang berbeda, menghasilkan keturunan yang diketahui jenis kelaminnya, menghasilkan keturunan yang bebas dari penyakit keturunan dan sebagai solusi bagi infertilitas pada hewan ternak.
Beberapa tahun belakangan ini selain inseminasi buatan dikenal pula istilah transfer embrio. Apa itu transfer embrio? Transfer Embrio (TE) merupakan inovasi baru setelah teknologi inseminasi buatan. Teknologi ini agak berbeda dengan inseminasi buatan, pada teknologi ini bibit unggul tidak hanya dapat didapatkan dari ternak jantan tetapi juga ternak betina.Transfer embrio paling sering diterapkan pada ternak sapi, Tetapi teknologi transfer embrio sendiri dapat dilakukan pada mamalia lain seperti kelinci dan domba.
Tahap-tahap transfer embrio diantaranya : pemilihan donor yang baik (biasanya sapi betina muda yang bebas penyakit) dan resipien(sapi yang akan mengandung embrio unggul), penyesuaian keadaan hormon sapi donor dan resipien, superovulasi sapi donor, inseminasi buatan pada donor, pengambilan embrio yang telah berkembang pada sapi donor, penyimpanan serta penyeleksian embrio unggul (penyimpanan embrio dapat dilakukan dengan menyimpan embrio pada nitrogen cair untuk di distribusikan), Lalu transfer embrio pada resipien. Pada saat superovulasi, Sapi yang merupakan ternak uniparous (ternak yang hanya menghasilkan satu keturunan dalam satu masa kebuntingan), dapat menghasilkan banyak sel telur yang diovulasikan, pada sapi donor proses superovulasi dapat dilakukan dengan pemberian obat penyubur yakni hormon gonadotropin berupa PMSG atau FSH.
Teknologi ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya waktu yang dibutuhkan lebih singkat dan biaya yang lebih murah dalam pembentukan mutu genetik sehingga perbaikan mutu dapat berlangsung lebih cepat. Teknologi ini juga dapat menghasilkan keturunan yang kembar identik atau lahirnya anak kembar dengan tipe yang berbeda, menghasilkan keturunan yang diketahui jenis kelaminnya, menghasilkan keturunan yang bebas dari penyakit keturunan dan sebagai solusi bagi infertilitas pada hewan ternak.
TRANSFER
EMBRIO PADA TERNAK
A.
Pengertian Transfer Embrio
Manusia telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan
populasi sapi untuk memenuhi kebutuhan daging. Banyak sekali inovasi dan
penerapan teknologi untuk mewujudkannya. Teknologi transfer embrio (TE) pada
sapi merupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi setelah inseminasi buatan
(IB). Transfer embrio adalah suatu proses dimana embrio dipindahkan dari seekor
hewan betina yang bertindak sebagai donor pada waktu embrio tersebut belum mengalami
implantasi, kepada seekor betina yang bertindak sebagai penerima sehingga
resepien tersebut menjadi bunting.
Transfer embrio adalah suatu metode buatan dalam perkawinan
dengan cara membentuk embrio dari seekor betina induk unggul, yang disebut
donor, kemudian dipindahkan dan dicangkokkan ke dalam saluran reproduksi induk
betina lainnya dalam spesies yang sama, yang disebut resipien (Bedirian et
al. 1977)
B.
Proses dan Tata Cara Transfer Embrio
Prinsip dasar dari transfer embrio
meliputi beberapa treatmen/perlakuan dengan menggunakani teknik-teknik
lainnya, yaitu superovulasi, oestrus synchronization (Sinkronisasi
Birahi), artificial insemination (Inseminasi Buatan), embrio/eggs
recovery (Pengumpulan atau pemanenan embrio) dan embrio/eggs transfer
(Pemindahan embrio) (Sudarto, 1985)
Sebelum dilakukan transfer, dilakukan
produksi embrio. Menurut Udrayana (2011) produksi embrio terdiri dari 2 cara
yaitu produksi embrio in vivo dan produksi embrio in vitro.
1.
Produksi embrio in vivo dilakukan
dengan cara mengambil atau memanen embrio yang terdapat di dalam uterus
(rahim) sapi betina donor (penghasil embrio), kemudian dipindahkan pada sapi
betina yang lain (betina resipien) atau untuk disimpan dalam keadaan
beku (freeze embryo). Untuk memperbanyak embrio yang dipanen, maka pada
sapi-sapi betina donor biasanya dilakukan teknik superovulasi, yaitu
suatu perlakuan menggunakan hormon untuk memperoleh lebih banyak sel telur
(ovum) pada setiap periode tertentu. Sehingga dengan demikian, seekor betina
donor yang telah di-superovulasi dan kemudian dilakukan inseminasi
(memasukkan sel benih jantan pada uterus menggunakan alat tertentu), akan
menghasilkan banyak embrio untuk dipanen. Embrio-embrio tersebut kemudian
dipanen (flushing) 2 hari setelah superovulasi dan inseminasi. Hasil
panen kemudian dilakukan evaluasi kualitas embrio (grading), setelah itu
hasilnya dapat disimpan beku atau ditransfer pada betina lain. oestrus
synchronization (sinkronisasi estrus) adalah usaha yang bertujuan untuk
mensinkronkan kondisi reproduksi ternak sapi donor dan resipien. Sinkronisasi
estrus umumnya menggunakan hormon prostaglandin F2a (PGF2a ) atau kombinasi
hormon progesteron dengan PGF2a. Sedangkan menurut Asrul superovulasi
menggunakan hormon gonadotropin, seperti FSH (Follicle Stimulating Hormonr)
atau PMSG (Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin). Penyuntikan hormon itu
akan meningkakan jumlah corpus luteum
2.
Produksi embrio in vitro
dilakukan dengan cara melakukan fertilisasi antara sel benih jantan (spermatozoa)
dengan sel benih betina (ovum) dalam laboratorium, sehingga disebut
pembuahan di luar tubuh. Salah satu alat yang digunakan untuk proses ini adalah
cawan petri atau tabung khusus. Sel telur didapatkan dengan cara mengambil
sel-sel telur yang terdapat pada indung telur (ovarium) sapi-sapi betina
yang telah dipotong di rumah potong hewan. Setelah diperoleh banyak sel
telur, kemudian dilakukan pencucian dengan larutan khusus, selanjutnya dilakukan
pemilihan sel telur yang masih baik dan ditempatkan dalam cawan petri.
Pembuahan akan berlangsung jika pada cawan yang berisi sel-sel telur tadi
ditempatkan sel benih jantan (spermatozoa yang masih hidup).
Fertilisasi sempurna akan berlangsung sekitar 22 jam. Hasil
fertilisasi kemudian ditumbuh kembangkan dalam media khusus dan diamati
pembelahan sel-nya hingga hari ke 6-8 atau pada saat terbentuknya blastocyst.
Kemudian dilakukan evaluasi embrio dengan melaksanakan grading. Embrio
yang memiliki kualitas A dan B kemudian dibekuan, untuk disimpan dalam waktu
yang lama.
Pada dasarnya, embrio dapat hidup di tempat yang memenuhi
syarat kehidupannya. Embrio yang sedang tumbuh membutuhkan sulplai makanan dari
dirinya sendiri selama beberapa waktu, kemudian akan tergantung pada
sekelilingnya, dalam hal ini tergantung pada rahim tempatnya berkembang.
Penanganan harus mengupayakan rahim calon induk memiliki kondisi yang sama
dengan kondisi rahim yang menghasilkan embrio, atau menyiapkan kondisi rahim
induk untuk dapat memelihara embrio yang akan diterimanya. Perlakuan yang
disiapkan untuk induk calon penerima embrio tentu harus esktra hati-hati,
Pemberian hormon reproduksi dengan dosis dan waktu yang tertentu, pakan yang
berkualitas baik serta manajemen pemeliharaan calon induk, mutlak harus
dilakukan untuk memperoleh kondisi rahim yang baik dan siap menerima embrio
dari luar. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan yang teliti, kondisi rahim
calon induk dinyatakan siap untuk menerima embrio, barulah dilakukan pemindahan
(transfer) embrio kedalam rahim tersebut.
Program yang sedang dikembangkan dan menghasilkan perolehan
cukup baik adalah kombinasi antara inseminasi buatan (IB) dengan transfer
embrio (TE). Dengan kombinasi ini akan diperoleh kelahiran kembar (satu anak
hasil IB dan satu anak lagi yang berasal dari TE). Pada prinsipnya, seekor
induk yang mengalami puncak birahi, dilakukan inseminasi seperti pada umumnya,
kemudian hari ke-7 setelah inseminasi dilakukan TE tanpa perlu perlakuan khusus
(Udrayana, 2011)
B.
Kelebihan Transfer Embrio
Pada proses reproduksi alami,dalam satu tahun betina hanya
bisa bunting sekali dan hanya mampu menghasilkan 1 anak (atau 2 anak bila
terjadi kembar). Menggunakan teknologi transfer embrio, betina unggul tidak
perlu bunting dan menunggu satu tahun untuk menghasilkan anak. Betina unggul
hanya berfungsi menghasilkan embrio yang selanjutnya ditransfer (dititipkan)
pada induk resipien yang memiliki kualitas genetik rata-rata tetapi mempunyai
kemampuan untuk bunting.
Embrio yang digunakan untuk transfer embrio dapat berupa
embrio segar atau embrio beku (freezing embrio). Embrio beku efisien
untuk dipakai karena dapat disimpan lama sebagai stok dan dapat dibawa ke
daerah-daerah yang membutuhkan. Sedangkan embrio segar hanya dapat ditransfer
pada saat produksi di lokasi yang berdekatan dengan donor.
Perbaikan mutu genetik TE lebih efisien daripada dengan IB.
Perbaikan mutu genetik pada IB hanya berasal dari pejantan unggul sedangkan
dengan teknologi TE, sifat unggul dapat berasal dari pejantan dan induk yang
unggul.
0 komentar:
Posting Komentar